Efektivitas Media Rakyat dalam Menunjang Pembangunan
Pembahasan tentang komunikasi
pembangunan untuk desa-desa di Indonesia semakin mendesak untuk dilaksanakan.
Pada satu sisi, aspek-aspek pembangunan telah mengalami perubahan sejak
komunikasi pembangunan dikenal di Indonesia pada awal 1970-an, baik dalam
organisasi strategi pembangunan maupun penggunaan media komunikasi. Pada saat ini
strategi penanggulangan kemiskinan telah terorganisir dari tingkat
internasional, nasional, sampai ke tataran kabupaten/kota. Telekomunikasi yang
digunakan mencakup satelit dan internet, yang digabungkan dengan komunikasi
interpersonal dari pendamping.
Di negara kita yang tercinta yang
sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup di ladang-ladang pertanian,
serta tersebar ke ribuan pulau yang membentang dari Sabang-Merauke, terkadang
masih mengalami kesulitan dalam menyebarkan informasi, khususnya informasi
pembangunan yang sangat dibutuhkan oleh para petani untuk meningkatkan kualitas
maupun kuantitas hasil pertaniannya. Demikian
juga untuk masyarakat nelayan, seringnya informasi tentang perkembangan
teknologi kelautan sangat terlambat diantisipasi karena kurangnya informasi
yang diterima. Bahkan informasi tentang ditangkapnya banyak nelayan kita karena
dianggap melewati perbatasan negara tetangga bisa jadi karena faktor
ketidaktahuan akan informasi batas ekonomi kelautan.
Format pembangunan Indonesia yang khas
negara sedang berkembang, dengan ciri khas penentuan kebijakan ada pada pusat
pemerintahan dan nihilnya partisipasi masyarakat membuat pembangunan menjadi
hanyalah lips services untuk para
penguasa. Sementara sisi kemanfaatannya yang nyata kepada masyarakat boleh
dikatakan hampir tidak terasa. Akibatnya, tanpa dukungan masyarakat yang merasa
tidak terlibat, terjadilah gap yang sangat jauh antara masyarakat pedesaan atau
lingkup masyarakat tradisional dengan mereka yang tinggal di perkotaan. Hal ini,
mengakibatkan ketidakberimbangan antara banyaknya informasi yang disampaikan
dengan menggunakan teknologi komunikasi
yang semakin canggih dibandingkan proses penerimaan informasi tersebut kepada
masyarakat luas, khususnya mereka yang tinggal di pedesaan atau tradisonal.
Memaksa masyarakat menjadi pengguna
teknologi komunikasi dan informasi maju hanya akan menjadikan masalah baru.
Tanpa dukungan pemahaman dan pendidikan yang betul justru akan dikhawatirkan
memunculkan beragam masalah baru. Seperti ideologi baru yang serba permisif,
atau runtuhnya nilai budaya timur yang sarat dengan makna dan nilai. Bahkan
termasuk mereka yang sudah berpendidikan pun di kota-kota besar. Contoh nyata
adalah pengakses situs pornografi terbesar di di dunia, Indonesia merupakan
rangking 4. Untuk kawasan Asia Tenggara Indonesia merupakan pengakses
terbesarnya. Tentu saja tanpa proses pengetahuan dan pemahaman yang betul
justru yang terjadi adalah penjerumusan ke dalam kesalahan besar berikutnya.
Disinilah perlu diupayakan mencari
sebuah pendekatan penyampaian informasi dari pemerintah kepada masyarakat
khususnya pedesaan secara tepat. Membiarkan mereka tanpa informasi yang memadai
juga akan berpengaruh negatif, karena jarak sosial dengan masyarakat perkotaan
akan semakin jauh. Sedangkan membiarkan mereka mengakses informasi juga akan
berpengaruh yang negatif pula. Dari sinilah, penelitian tentang penggunaan
media yang selama ini ada pada masyarakat pedesaan penting untuk mendapat
perhatian khusus. Mereka tidak perlu mencari sesuatu yang baru, tetapi harus
menghidupkan media informasi yang tepat digunakan untuk mampu menerima
informasi dari pemerintah khususnya tentang pembangunan. Karena pada saat
otonomi daerah diberlakukan tuntutan untuk mandiri pada masyarakat menjadi
sebuah kewajiban. Dan media rakyat ini, juga dapat dijadikan sarana yang tepat
untuk menjadi corong pemerintah sebagai media penyampaian pesan kepada
masyarakat pedesaan.
Media
Rakyat
Pada masyarakat
pedesaan dimana sebagian besar mereka adalah masyarakat tradisional terdapat
berbagai media sosial sebagai sarana efektif saling berinteraksi. Media ini
telah sejak lama tumbuh dan berkembang bersama masyarakat dan menjadi media
sosialisasi nilai-nilai antar warga masyarakat, bahkan dari generasi ke
generasi. Media ini dikenal sebagai media rakyat.
Media sosial adalah wahana komunikasi
atau pertukaran informasi yang telah terpola dalam kehidupan sosial suatu
komunitas masyarakat. Media sosial menuntut keterlibatan secara fisik individu
dalam proses komunikasi (Sigman;124). Media sosial menggunakan komunikasi tatap
muka dalam bentuk komunikasi antar personal maupun komunikasi kelompok. Disini
proses keterlibatan anggota menjadi sangat penting. Media rakyat ini
digambarkan sebagai media yang murah, mudah, bersifat sederajat, dialogis,
sesuai dan sah dari segi budaya, bersifat setempat, lentur menghibur dan
sekaligus memasyarakat juga sangat dipercayaoleh kalangan masyarakat pedesaan
yang kebetulan menjadi kelompok sasaran utama (Oepen;hal 88).
Media rakyat sering muncul dalam
bentuk kesenian daerah atau kebudayaan tradisonal daerah. Kesenian atau budaya
daerah digunakan sebagai wahana untuk memperkenalkan dan memberikan pesan-pesan
pembangunan kepada masyarakat pedesaan. Karena warga masyarakat pedesaan masih
menyukai dan membutuhkan budaya atau kesenian tradisional sebagai sebuah bentuk
hiburan maka media ini juga menjadi sarana yang sangat tepat sebagai media
tranformasi nilai-nilai, termasuk pesan-pesan pembangunan dari pemerintah.
Pesan-pesan pembangunan disisipkan secara implisit dan kreatif sehingga terasa
menyatu dengan media rakyat (Yuni Setyaningsih ;2000).
Ada banyak macam media rakyat yang
selama ini tumbuh, berkembang di masyarakat, namun banyak pula yang hilang
karena ditinggalkan penggemarnya dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan jaman. Pemilihan media rakyat yang mana yang bisa digunakan untuk
menyebar luaskan ide-ide pembangunan adalah sangat penting untuk mendukung
efektifitas pesan. Pilihan hendaknya dijatuhkan pada media rakyat yang paling
disukai oleh sebagian besar masayarakat setempat (Colleta dan Kayam ; hal 235).
Media rakyat dalam bentuk seni rakyat
(folk culture) diyakini dapat lebih
mudah digunakan sebagai sarana menyebar luaskan informasi pembangunan karena
media tersebut telah ada dan dekat dalam kehidupan masyarakat setempat. Dengan
media rakyat, masyarakat akan ikut serta merasa memiliki atau terlibat dalam
pembuatannya, sehingga memungkinkan tersampaikannya pesan-pesan pembangunan
secara lebih efektif. Induksi nilai-nilai yang sifatnya evolutif dan menyatu
dengan masyarakat dapat membuat masyarakat merasa tidak dipaksa untuk
mengadopsi nilai-nilai baru.
Upaya penyebaran informasi pembangunan
yang disampaikan melalui media yang ada bagi setiap masyarakat bangsa
berbeda-beda disebabkan oleh struktur dan sistem masyarakat yang berbeda pula.
Bagi masyarakat bangsa yang sudah linier dalam arti pengertian berbagai masalah
sudah diketahui dan dimiliki oleh bagian terbesar anggota masyarakat,
komunikasi melalui media massa modern akan lebih menguntungkan, namun bagi
masyarakat yang mempunyai struktur dan sistem sosial yang majemuk, penyebaran
informasi melalui media massa masih memerlukan upaya dengan media tradisional
yang ada dalam masyarakatnya (Rogers 1971 : 165).
Dalam komunikasi tradisional di
pedesaan, penggunaan pertunjukan rakyat sebagai media komunikasi mempunyai
potensi besar untuk mencapai rakyat banyak, terutama sekali karena media
tersebut memiliki daya tarik yang sangat kuat dan berakar di tengah-tengah
masyarakat. Media tradisional merupakan alat komunikasi yang sudah lama
digunakan di suatu tempat (bersifat lokal) yaitu sebelum kebudayaannya
tersentuh oleh teknologi modern dan sampai sekarang masih digunakan di daerah
itu. Media ini akrab dengan massa khalayak, kaya akan variasi, dengan segera
tersedia, dan berbiaya rendah. Media ini dengan segala kelebihannya memiliki
potensi yang dimiliki oleh pertunjukan rakyat dan sangat efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan komunikasi pembangunan, apalagi ketika dikhususkan
pada saat otonomi daerah diberlakukan.
Bila melihat tujuan komunikasi
pembangunan yang tidak sekedar bagaimana terciptanya perubahan sikap, pendapat
atau perilaku individu atau kelompok, melainkan perubahan masyarakat atau
perubahan sosial (AS Achmad : 1997). Untuk itu, diperlukan berbagai sarana yang
bisa memerankan posisi yang sangat penting tersebut, termasuk penggunaan media
rakayat tradisional yang sudah ada. Disini, pemerintah diharapkan tanggapan
yang positif untuk memelihara dan mempertahankan setiap media rakyat ini bukan
sekadar digunakan untuk fungsi hiburan masyarakat saja, tetapi dapat
dimanfaatkan secara lebih optimal dalam tujuan pembangunan nasional di negara
kita.
Kondisi
sekarang mengharuskan adanya arus dua tahap dalam komunikasi kepada masyarakat
tradisional. Bahkan pengakuan akan pentingnya peran komunikasi antar individu
mau tidak mau harus diberikan. Sebuah arus komunikasi dari media massa ke para
pemimpin pembentuk pendapat umum (opinion
leaders) dan mereka melalui komunikasi antar individu disalurkan kepada
masyarakat umum. Demikian juga tentang penerimaan terhadap pesan, lebih sering
ditentukan olek kaitan sosial budaya dan kepercayaan terhadap sumber informasi
daripada oleh isi dan bentuknya. Khususnya bila menyangkut masyarakat pedesaan.
Media massa pada dasarnya tidak dikenal atau anonim dan meskipun media massa
dapat menari dan mempesona orang banyak, namun pengalaman menunjukkan bahwa
kadarnya hanya kebanyakan bersifat menghibur.
Ditemukannya
budaya sebagai suatu dimensi baru dari pembangunan dalam strategi perubahan
sosial pada tahun 1970-an memberikan penekanan pada pentingnya soailisasi
budaya dan aspek aktif dari budaya yang didefinisikan sebagai pemahaman bersama
yang dikomunikasikan melalui lambang-lambang serta dimanifestasikan dalam
nilai-nilai, norma dan lembaga-lembaga fungsional yang memberikan identitas
pribadi sebagai anggota kelompok masyarakat dalam wilayah geografis yang
terbatas (Colleta 1975). Kekuatan budaya terletak pada potensi kreatifnya untuk
mempertahankan keseimbangan dan pelestarian tradsisi dalam penyesuaian terhadap
perubahan sosial (Gaulet 1979).
Ini berarti menurut Colleta, merujuk kasus
Indonesia, memelihara tipe pembangunan yang lahir dari lembaga-lembaga budaya
yang ada, bukannya tipe pembangunan sebagai hasil injkesi unsur-unsur asing.
Ini melengkapi pendekatan ‘paradigma baru’ yang menghendaki orientasi pada
lapisan rakyat paling bawah, desentralisasi, partisipasi dan pengembangan diri.
Karena dalam banyak hal, sebuah perubahan sosial selalu berarti menimbulkan
banyak persoalan, maka partisipasi dari rakyat atau masyarakat yang terkena
atau dipengaruhi oleh perubahan dalam pelbagai kegiatan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi penilaian. Pada kasus Indonesia menunjukkan jaringan
komunikasi tradisional antar orang perorang terbukti merupakan dasar atau basis
tidak hanya untuk hubungan sosial tetapi juga untuk informasi pembangunan yang
khusus serta perubahan yang diarahkan, bahkan juga di daerah-daerah dimana
media massa telah mempengaruhi kehidupan mereka (Adhikarya 1974; Sartono 1984).
Orientasi tingkah laku pada masyarakat
tradisional memungkinkan untuk menonjolkan komunikasi dua arah antara perencana
proyek dan mereka yang akan menerima amnfaat dari proyek itu dengan tujuan
untuk bisa mendorong partisipasi aktif mereka dalam proyek itu. Dalam pada itu,
sebagai suatu sektor khusus strategi media massa dapat dihentikan dan sebagai
gantinya komunikasi diintegrasikan secara langsung dengan apa yang dianggap
sesuai dengan kondisi budaya masyarakat setempat, media tradisonal atau media
rakyat yang ada.
Urgensi
Media Rakyat
Dengan melihat dan membandingkan sistem
komunikasi yang ada di Indonesia dan kondisi realitas masyarakat yang mayoritas
tinggal di daerah pedesaan mengharuskan untuk mencari media yang tidak massal
dan agar tersedia suatu sistem yang mampu menyertakan dan memberi kesempatan
kepada rakyat pedesaan di dalam perencanaan pembangunan lokal daerahnya
termasuk bab otonomi daerah.
Berrigan
(1979) mendefinisikan media rakyat sebagai media yang bertumpu pada landasan
yang lebih luas daripada kebutuhan dan kepentingan semua khalayaknya. Media
rakyat adalah adaptasi media untuk digunakan oleh masyrakat yang bersangkutan,
apapun tujuannya dan ditetapkan oleh masyarakat itu. Media ini adalah media
yang memberi kesempatan kepada warga masyarakat untuk memperoleh informasi,
pendidikan, hiburan, bila mereka menginginkan kesempatan itu. Media ini adalah
media yang menampung partisipasi masyarakat sebagai perencana, pemroduksi
sekaligus pelaksana. Media ini adalah sasaran bagi masyarakat untuk
mengemukakan sesuatu, bukan untuk menyatakan sesuatu kepada masyarakat.
Komunikasi masyarakat mengungkap pertukaran pandangan dan berita, bukan
penyaluran dari satu sumber kepada pihak lain. Community Media for Rural Mobilization memberikan definisi sebagai
media yang dikembangkan dan dikelola oleh orang-orang yang mempunyai
nilai-nilai dan cita-cita atau kehendak yang sama di sebuah wilayah yang segi
geografisnya kecil dan yang menggalakkannya didapat juga mengacu pada media
yang melayani kelompok-kelompok sektoral.
Adapun
proyek-proyek media rakyat yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut
:
1. melayani
masyarakat yang dikenal
2. pada mulanya bukan
karena pertimbangan komersial
3. mendorong
demokrasi partisipasi yang mengakui hak kemajemukan idiologi, dan karenanya
bertentangan dengan rasialisme, perbedaan jenis kelamin dan sikap-sikap
diskriminatif lainnya
4. menawarkan
kesempatan bagi setiap anggota masyarakat untuk memulai menjalin komunikasi,
disamping ikut serta di setiap tahap proses perencanaan, produksi, distribusi
dan evaluasi
5. menggunakan
teknologi tepat guna sampai ke tingkat penggunaan yang tidak profesional bila
ditilik dari segi ekonomi dan tidak menciptakan ketergantungan
6. ada berdasar
anggapan bahwa mereka yang terlibat berhak dan berperan serta dalam artian
ekonomi dan politik yang konteks kemasyarakatannya lebih luas daripada proses
media rakyat lokal guna mewujudkan redistribusi kekuasaan
7. beroperasi
berdasar anggapan bahwa informasi dihasilkan sebagai pantulan kenyataan para
peserta sendiri, bukan dari luar
8. mendorong dan
memperbaiki cara pemecahan masalah
9. membantu orang
berbagai peranan dan kewajiban dalam membangkitkan tindakan bersama
10. pada pertamanya
diarahkan untuk memberi pelayanan umum, walaupun dapat juga media rakyat ini
dimanfaatkan untuk menghasilkan dan dapat juga dimanfaatkan untuk menghasilkan
pendapat
11. menggunakan acuan
atau indikator lainnya untuk menunjukkan jangkauan geografis seperti kilowatt
dalam hal media berupa pemancar
12. beroperasi sebagai
badan otonom dan karenanya bebas dari pusat-pusat kekuasaan
13. melokalisasikan
isi program-programnya agar cocok dengan kebutuhan khusus khalayak sasaran
14. menggunakan sumber
daya komunikasi masyarakat setempat
15. mempunyai jaringan
hubungan dengan organisasi-organisasi masyarakat lokal lainnya sebagai sumber
atau sumber daya media rakyat
Dengan
kondisi kebanyakan masyarakat tinggal di daerah pedesaan media rakyat bisa
memberi saluran alternatif sebagai sarana bagi rakyat untuk mengemukakan
kebutuhan dan kepentingan mereka. Media rakyat dapat berguna menyeimbangkan
pemihakan kepada darah perkotaan yang tercermin dalam isi media massa. Media
rakyat akan membantu menjembatani kesenjangan antara pusat dan pinggiran dan
mencegah membesarnya rasa kecewa, rasa puas diri dan keterasingan di kalangan
penduduk pedesaan. Program-program pemerintah tentang informasi, pendidikan,
komunikasi juga otonomi dapat berfungsi dengan seimbang karena dukungan
partisipasi langsung masyarakat pedesaan. Sehingga target yang dicapai dapat
terlaksana dengan optimal.
Intinya,
sistem komunikasi massa dengan media modern sama sekali tidak menggantikan
sistem komunikasi tradisional yang didasarkan pada jaringan antar perorangan.
Sebaliknya, sistem komunikasi tradisional dengan media rakyat tampak nyata di
daerah-daerah pedesaan dan bahkan dalam derajat yang tinggi di perkotaan.
Bahkan untuk menyebutnya sebagai perbedaan, media tradisional dan media
kelompok mendorong adanya interaksi sosial sedangkan media massa biasanya
justru menghalanginya. Jadi, dengan kendala-kendala pada harga, daya jangkau,
liputan dan isi pesan media massa tidak memegang peranan penting dalam kegiatan
komunikasi pembangunan termasuk bab otonomi daerah bagi rakyat pedesaan
Indonesia, dan bahkan belum pula berperan pada masa-masa dekat mendatang
(Susanto 1978; Dahlan 1978, 1984).
Penutup
Perkembangan tekonologi komunikasi dan
informasi dewasa ini telah berkembang dengan sangat cepat termasuk pula di
Indonesia. Tentu saja ini memberikan efek atau pengaruh yang ditimbulkan baik
positif atau negatif. Mayoritas masyarakat Indonesia tinggal di daerah
pedesaan. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya dan program-program untuk
meningkatkan kualitas pembangunan agar tidak semakin tertinggal dengan
masyarakat perkotaan.
Untuk
mengejar ketertinggalan dan melaksanakan pembangunan termasuk masalah otonomi
daerah yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tidak bisa
bergantung pada satu program dari pusat (top-down)
dan juga satu media, apalagi media massa yang rendah daya terimanya di
masyarakat pedesaan. Tapi, diperlukan keterlibatan nyata berupa partisipasi
masyarakat dalam menunjang program pemerintah tersebut. Dan, salah satu media
yang dapat dijadikan sarana untuk melibatkan masyarakat adalah menggunakan
media rakyat, yang terbukti efektif dan tidak pernah berubah dalam kehidupan
masyarakat tradisional. Dengan ini diharapkan semua pihak baik pemerintah dan
masyarakat bisa menggunakan media rakyat dengan tepat dan efektif.
Daftar Pustaka
Achmad,A.S., 1997, Komunikasi dan Pembangunan Nasional, Universitas Terbuka,
Jakarta.
Oepen, Manfred, 1988, Media Rakyat
Komunikasi Pengembangan Masyarakat, P3M, Jakarta.
Rogers,
Everett M, 1992, Komunikasi dan Pembangunan Perspektif Kritis, LP3ES, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar