Selasa, 11 Maret 2014

MOTIVASI PEGAWAI SEBAGAI SESUATU YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFEKTIVITAS, EFISIENSI, PRODUKTIVITAS, DAN PRESTASI
Karyawan dapat termotivasi pada pekerjaan oleh banyak hal, seperti rasa prestasi, pengakuan, kenikmatan pekerjaan, peluang promosi, tanggung jawab, dan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi. Produktivitas karyawan menjadi pusat perhatian dalam upayanya untuk meningkatkan kinerja yang mempengaruhi efisiensi dan efektivitas organisasi. Analisis yang lebih mengkonsentrasikan pada kinerja akan lebih memberikan penekanan pada dua faktor utama yaitu: 1) motivasi dari pegawai,  2) kemampuan dari pegawai untuk bekerja.
Seorang manajer SDM yang memahami peran dari motivasi ini, senantiasa menempatkan motivasi pada variabel utama dalam melakukan pendekatan kepada karyawannya. Pendelegasian wewenang, pengendalian dan pengarahan karyawan perlu disertai dengan adanya motivasi. Hal ini dilakukan agar tindakan perilaku dan sikap karyawan terarah pada pencapaian tujuan organisasi. Sehubungan dengan pentingnya pemberian motivasi kepada karyawan, seorang pemimpin hendaknya dapat memberikan motivasi sesuai dengan karakteristik karyawannya. Karyawan juga akan memiliki tingkat motivasi yang lebih tinggi ketika mereka melihat bahwa manajemen perusahaan peduli terhadap kesejahteraan karyawannya, karyawan juga dilibatkan dalam proses manajemen, serta penciptaan lingkungan kerja yang positif yang akan semakin meningkatkan produktivitas karyawan. Untuk menjadi termotivasi, mereka harus bersemangat dan tertarik pada pekerjaan mereka. Kegiatan yang dapat memperoleh bunga pada bagian pekerja termasuk partisipasi komite karyawan, upaya pengelompokan kerja, program pelatihan, peluang untuk pendidikan luar, laporan berkala, kontes, dan pesan ucapan selamat dari manajemen (Kennish, 1998).
Menurut Wahjosumidjo untuk memberikan motivasi yang tepat, pimpinan hendaknya secara terus-menerus:
a.              Mengamati dan memahami tingkah laku karyawan
b.              Mencari dan menentukan sebab-sebab tingkah laku karyawan
c.              Memperhitungkan, mengawasi, mengubah serta mengarahkan tingkah laku karyawan

Untuk mencapai motivasi, manajer harus tahu setiap karyawan. Manajer harus memiliki berbagai macam teknik motivasi yang tersedia. Setiap karyawan memiliki seperangkat nilai-nilai dan pengalaman pribadi yang membawa mereka ke hari yang berbeda. Karyawan termotivasi oleh belajar dan juga termotivasi untuk belajar. Pekerja harus ditawarkan kesempatan untuk menghadiri konferensi dalam bidang mereka, seminar, atau program pelatihan (Buhler, 1998).
Dengan demikian motivasi yang diharapkan dari pegawai adalah fungsi dari motivasi itu sendiri dan kemampuan tersebut dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Apabila motivasi karyawan tinggi dengan didukung oleh kemampuan yang tinggi maka kinerja pegawai juga akan tinggi dan sebaliknya. Hanya saja yang menjadi permasalahan adalah jika motivasi tinggi namun kemampuan mengerjakan tugas kurang maka karyawan tersebut harus mengikuti peningkatan kemampuan melalui jalur kursus, pelatihan ataupun pendidikan. Jika yang terjadi adalah seorang karyawan yang memiliki kemampuan tinggi tetapi kurang memiliki motivasi maka dapat diselesaikan dengan pemberian kompensasi atau imbalan atas hasil kinerjanya sehingga karyawan tersebut akan menjadi semakin termotivasi dan bersemangat untuk bekerja.
Masalah diatas selain mengadakan pelatihan kerja juga dapat dicapai dengan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, nyaman, persaingan positif, sehingga karyawan dapat memotivasi dirinya sendiri untuk bekerja lebih giat lagi. Seperti yang diungkapkan oleh Capozzoli lingkungan yang memotivasi dapat menghasilkan kepuasan karyawan, yang pada gilirannya dapat membuat banyak karyawan bahagia. Lingkungan yang memotivasi ada dengan kondisi standar yang tinggi, tujuan yang jelas, pelatihan yang memadai, kepemimpinan efektif, imbalan karyawan, dan kondisi kerja yang memadai (Capozzoli, 1998).”
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja memiliki andil besar dalam upaya memotivasi produktivitas karyawan. Tujuan dari lingkungan yang memotivasi itu sendiri adalah untuk mendorong setiap anggota organisasi  mampu  memotivasi dirinya sendiri sehingga dapat berkontribusi dengan usaha terbaiknya untuk menyelesaikan segala bentuk pekerjaannya.
Untuk meningkatkan kualitas kerja karyawan, seorang manajer juga harus mengetahui kemampuan setiap karyawannya dalam mengerjakan standar tugasnya, karena karyawan juga perlu tahu apa yang harus ia kerjakan dan sajikan sesuai dengan standar tugasnya. Karyawan mungkin akan merasa marah dan frustasi jika mereka tidak mampu menangkap perintah yang ditugaskan. Untuk menghindari hal tersebut diperlukan adanya upaya meningkatkan produktivitas kerja sehingga para karyawan memperoleh kepuasan kerja serta prestasi yang tinggi dari hasil kerja mereka dibutuhkan suatu perubahan (change) juga yang tidak kalah penting adalah menggerakkan (drive) pegawai. Kemampuan itulah yang harus dimiliki oleh seorang manajer sehingga manajer mampu memotivasi karyawannya dan meningkatkan prestasi organisasi.
Kepemimpinan yang berhasil akan sangat dipengaruhi oleh perilaku pimpinan (leadership behavior) dimana seorang pemimpin melibatkan/menematkan diri pada proses memberi arah dan mengkoordinasi tugas-tugas dari anggota kelompoknya. Seorang pemimpin juga harus mampu menjalin rasa saling percaya dengan karyawannya, jika karyawan percaya akan manajer atau pimpinannya dapat dipastikan hasil kinerja mereka akan memuaskan karena karyawan beranggapan dengan adanya rasa saling percaya hasil kinerja mereka akan dihargai oleh pimpinan baik itu dengan bonus atau kompensasi lainnya. Hal inilah yang akan meningkatkan motivasi karyawan.
Motivator Sebenarnya

Hanya mengubah individu biasanya menghabiskan terlalu banyak waktu dan usaha serta tidak menuai manfaat untuk membantu karyawan lain seperti mengubah perluasan perusahaan. Namun, manajer tertarik pada bagaimana cara untuk memotivasi orang-orang di tempat kerja. Fokus utama mereka adalah bagaiman harus merancang pekerjaan yang memenuhi tuntutan organisasi serta keterampilan dan kemampuan karyawan mereka. Karyawan diberdayakan dan termotivasi ketika mereka menganggap perencanaan tambahan dan mengevaluasi tanggung-jawab melalui pengayaan pekerjaan. Pada gilirannya, pengayaan ini akan menguntungkan perusahaan karena perusahaan memiliki karyawan yang telah dipersiapkan untuk menghadapi situasi dikemudian hari.
Manajer dapat meningkatkan motivasi karyawan dengan mencari masukan dari karyawannya terhadap kegiatan sehari-hari di kantor dan hasil keputusan manajer dimata karyawan. Kemampuan untuk membuat keputusan yang baik sebenarnya bukan hanya tanggung jawab manajer tetapi karyawan pun ikut berperan dalam pembuatan keputusan organisasi dengan mengandalkan kemampuan terbaik mereka sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi. Ketika karyawan dituntut untuk membuat keputusan sendiri, manajer seharusnya tidak ikut campur dalam hal tersebut, tetapi membiarkan karyawan untuk belajar membuat keputusan, menyelesaikan masalah dan belajar dari kesalahan mereka serta belajar untuk mentolerir beberapa kesalahan dalam pembelajaran. Motivator lainnya yang bisa dilaksanakan oleh manajemen termasuk menyediakan interaksi sosial dan kerja sama tim, pelaksanaan tujuan dan tantangan dan melembagakan program penghargaan karyawan (Zimmer, 1998).
Dalam hal ini diperlukan adanya suatu usaha untuk memelihara, meningkatkan kemampuan, kapasitas maupun profesionalisme karyawan yang disebut dengan pengembangan pegawai. Sedangkan, pelatihan adalah proses sistematik pengubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan organisasi. Pelatihan dan pengembangan penting karena keduanya merupakan cara yang digunakan organisasi untuk mempertahankan, menjaga, memelihara karyawannya dan sekaligus meningkatkan keahlian para karyawan untuk kemudian dapat meningkatkan produktivitasnya.
  Tujuan pelatihan dan pengembangan menurut Henry Simamora antara lain:
a.       Memperbaiki kinerja dan memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
b.      Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten dalam pekerjaan
c.       Membantu memecahkan masalah operasional
d.      Mempersiapkan karyawan untuk promosi
e.       Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi
f.       Mempunyai andil yang besar dalam menentukan efektivitas dan efisiensi organisasi
g.      Meningkatkan kualitas dan produktivitas karyawan
h.      Menciptakan sikap loyalitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan
Dalam upaya ini beberapa organisasi melakukan program-program bantuan pendidikan, pemberian opsi saham, dan tabungan berencana. Semua ini mewakili program jangka panjang yang dirancang khusus untuk meningkatkan kepuasaan pekerja dan efektivitas. Dapat pula dengan melakukan program pendidikan perguruan tinggi yang seluruh biayanya ditanggung organisasi dengan tujuan untuk menigkatkan efektivitas dalam posisi mereka sekarang atau mempersiapkan karyawan untuk tanggung jawab yang lebih berat atau peningkatan jabatan.
Pelatihan peningkatan efektivitas dan produktivitas karyawan juga dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Berikut merupakan metode pelatihan yang dapat diterapkan suatu organisasi:
a.    On-the-Job Training merupakan metode dimana seseorang diminta untuk mempelajari suatu pekerjaan itu dengan langsung mengerjakannya.
b.    Magang adalah suatu proses terstruktur dimana seseorang menjadi pekerja yang terampil melalui kombinasi dari pelajaran di kelas dan pelatihan langsung dipekerjaan.
c.    Belajar informal
d.   Job Instruction Training adalah suatu susunan pekerjaan yang terdiri dari sebuah rangkaian langkah logis yang diajarkan secara bertahap.
Beberapa metode pelatihan diatas jika diterapkan dengan tepat akan meningkatkan motivasi karyawan untuk meningkatkan kualitas kerjanya dan kualitas organisasinya.
Job Desain Motivasi

Untuk menjadi efektif, manajemen harus peduli dengan para individu yang memotivasinya di tempat kerja. Karena itu, manajer harus mencari metode yang berbeda dari rancangan memotivasi pekerjaan. Pekerjaan desain harus memasukkan dinamika lingkungan, sumber daya organisasi, dan preferensi individu. Pembesaran pekerjaan,  pengayaan pekerjaan dan model karakteristik pekerjaan adalah tiga metode yang dapat digunakan dalam proses merancang motivasi pekerjaan (Robbins &  Coulter, 1996).
Pemberdayaan sering mengarah pada kualitas yang lebih tinggi dari output dan motivasi karyawan karena pekerja merasa terhubung dengan pekerjaan mereka. Model karakteristik pekerjaan adalah metode analisis pekerjaan dan desain yang mengidentifikasi lima karakteristik pekerjaan: 1) berbagai keterampilan (jajaran keterampilan/ bakat), 2) identitas pekerjaan (pekerja-koneksi pekerjaan), 3) tugas penting (tingkatan dari dampak), 4) otonomi (kebebasan pekerja/kemerdekaan), dan 5) masukan atau timbal balik (kritik pekerja/ evaluasi kinerja).
Penghargaan tersebut telah menimbulkan motivasi yang lebih besar, kinerja, dan kepuasan sementara mengurangi tingkat ketidakhadiran dan rata-rata pergantian karyawan. Berdasarkan model karakteristik pekerjaan, manajer harus: 1) menggabungkan tugas untuk meningkatkan keterampilan dan identifikasi tugas, 2) membuat unit kerja alami untuk mendorong identifikasi tugas pekerja, 3) membangun hubungan klien untuk meningkatkan keanekaragaman, mendapatkan umpan balik yang berharga, dan meningkatkan otonomi pekerja, 4) memperluas pekerjaan secara vertikal melalui pengembangan kerja, dan 5) membuka sarana umpan balik melalui evaluasi kinerja karyawan (Robbins & Coulter, 1996).
Sebagai timbal balik dari perusahaan, manajer dan para pendiri organisasi juga harus memikirkan kebutuhan psikis karyawannya. Terkadang terlalu banyak pekerjaan dan libur yang sedikit akan membuat karyawan cepat merasa bosan dan kehilangan semangatnya untuk bekerja. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya menyediakan fasilitas rekreasi dengan segala biaya ditanggung oleh perusahaan atau berbagai kegiatan yang dapat merefresh otak dan mengurangi kepenatan bekerja seperti melakukan perjalanan keluar kota bersama, game, pertemuan persahabatan, dan lain sebagainya. Dengan cara ini dapat membantu mengurangi stress yang dapat timbul dari dalam diri seseorang karena tingginya kegiatan bekerja. Kebanyakan organisasi menghargai upaya kerja karyawan mereka dan ingin menyampaikan terima kasih melalui pertemuan sosial seperti ini. Kebanyakan organisasi percaya bahwa penting untuk mempromosikan hubungan kerja yang sehat, dan kegiatan ini merupakan wadah bagi karyawan bertatap muka dengan individu yang mereka mungkin tidak menemukan selama hari kerja normal (yaitu, Manajemen Eksekutif, manufaktur personil, karyawan tingkat kedua atau ketiga).
Teori Motivasi
Teori-teori motivasi karena organisasi masing-masing memiliki kepribadian yang berbeda, manajer harus mencoba dan menghilangkan hambatan dari organisasi mereka yang menyebabkan ketidakpuasan pekerjaan dan yang bersifat merugikan dalam memotivasi karyawan.
Motivasi juga dapat dipahami dari teori kebutuhan dasar manusia. Menurut teori kebutuhan A.H. Maslow, kebutuhan manusia meliputi: 1) kebutuhan fisiologis dasar, 2) keselamatan dan keamanan, 3) sosial dan kasih sayang, 4) penghargaan, 5) aktualisasi diri. Masing-masing peringkat memberi peranan terhadap fungsi penggerakan yang tidak sama, satu kebutuhan yang telah terpenuhi akan mengurangi perananan dalam mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu.
Selain teori kebutuhan, dalam usaha memotivasi juga diperlukan teori keadilan dan kepuasan kerja. Teori keadilan membantu untuk memahami bagaimana seorang pegawai mencapai kesimpulan bahwa ia diperlakukan adil atau tidak adil. Beberapa cara untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan perasaan perlakuan yang tidak adil bagi pegawai: pertama, supervisor harus bisa mengenali kesimpulan yang mengarah bahwa seseorang telah diperlakukan secara tidak fair. Kedua, resolusi sederhana yang mengganggu isu-isu ketidakadilan yang memudahkan manusia mengalami distorsi secara kognitif terhadap input/output. Ketiga, supervisor hendaknya mengenal klaim-klaim ketidakadilan yang meliputi persepsi seseorang. Keempat, supervisor harus bisa mencegah klaim-klaim ketidakadilan dengan memperjelas apa yang sebenarnya mereka rasakan dengan ketidakadilan untuk karyawan lain 
Kesimpulan
Adanya banyak faktor yang mempengaruhi konsep motivasi karyawan merupakan tantangan bagi manajer untuk dapat menemukan langkah-langkah paling efektif apakah yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi. Terkadang beberapa teori yang cocok diterapkan disuatu perusahaan atau karyawan, tidak cocok untuk diterapkan kepada perusahaan atau karyawan lainnya. Hal ini penting untuk dicatat bahwa keputusan yang berurusan dengan motivasi didasarkan pada beberapa teori. Tidak ada teori yang satu tampaknya paling cocok untuk setiap situasi; oleh karena itu, teori sebaiknya dikombinasikan untuk memberikan kombinasi terbaik untuk memotivasi karyawan. Faktor terpenting selain beberapa teori yang bisa diterapkan, adalah adanya sikap saling menghargai dan mengerti diantara pimpinan baik manajer atau pimpinan lainnya dengan para karyawannya. Sehingga tercipta lingkungan kerja yang ideal dan terbuka.
Daftar Pustaka 
Sulistiyani, Ambar Teguh. 2009.”Manajemen Sumber Daya Manusia (Konsep, Teori, dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik)”. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dessler, Gary. 2006. ”Manajemen Sumber Daya Manusia”. Klaten: Intan Sejati.


Journal “Employee Motivation As It Relates To Effectivities, Efficiency, Productivity, and Performance” karya Rob H. Kamery, Nova Southeastern University.

A Bachelor of Communication, a Certified Google Partner and Campaign Manager at DGPro Digital Agency.

0 komentar:

Posting Komentar

Start Work With Me

Contact Us
SILVIA ARIYA MARETA
+6285643137317
Purwokerto, Indonesia